Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Admmirasi

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENILAIAN AKSESIBILITAS KUNJUNGAN PASIEN DIARE DI PUSKESMAS DLINGO I DAN II Ana Dewi Lukita Sari; Hendra Rohman; Dewi Tri Astuti
Jurnal Admmirasi Vol 6 No 2 (2021): December
Publisher : Assosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47638/admmirasi.v6i2.226

Abstract

Diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare masih menjadi child killer peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia dapat terkena diare, baik balita, anak dan dewasa. Guna mengurangi tingkat kesakitan dan kematian karena diare maka harus tersedia fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat. Kecamatan Dlingo memiliki dua puskesmas yaitu Puskesmas Dlingo I dan II. Jarak antara kedua puskesmas sekitar 5 km yang terbagi dalam dua wilayah kerja. Sebagian masyarakat memilih berobat ke Puskesmas Dlingo II dikarenakan akses kendaraan ke fasilitas kesehatan tersebut lebih mudah dijangkau karena Puskesmas Dlingo II terletak di tepi jalan yang menghubungkan Jalan Raya Jogja-Wonosari. Perbedaan kemudahan akses menuju Puskesmas Dlingo I dan Dlingo II, mengakibatkan banyaknya warga yang berobat di luar wilayah kerjanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kunjungan pasien yang berobat di luar wilayah kerja Puskesmas Dlingo I dan II, dan faktor penyebab pasien berobat di luar wilayah kerja Puskesmas Dlingo I dan Puskesmas Dlingo II. Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan sampel dengan metode sampel jenuh. Hasil, data kunjungan pasien terkomputerisasi di SIMPUS, pada tahun 2016 di Puskesmas Dlingo I terdapat 16.153 pasien dan Dlingo II yaitu 39.445 pasien. Jumlah kunjungan pasien yang berobat di luar wilayah kerja Puskesmas Dlingo I yaitu 955 pasien dan Dlingo II sebesar 152 pasien. Penyebab pasien berobat di luar wilayah kerja adalah tentang akses, fasilitas kesehatan, pelayanan, kesinambungan pengobatan dan terapi pasien tidak menetap. Kesimpulan, jumlah kunjungan pasien berobat ke luar wilayah Puskesmas Dlingo I sebesar 5,91% dan Dlingo II sebesar 0,39%.
PEMETAAN DATA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI PUSKESMAS SEMIN 1 Ana Dewi Lukita Sari; Hendra Rohman; Himawan Adventayudha
Jurnal Admmirasi Vol 4 No 2 (2019): Desember
Publisher : Assosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47638/admmirasi.v4i2.231

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory Infection (ARI) merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan. Jumlah pasien dengan penderita ISPA di tahun 2017 sebanyak 2.314 orang. Namun di Puskesmas Semin I data tersebut hanya sebatas tabel, sehingga untuk memudahkan dalam mengetahui persebaran penyakit, maka akan lebih mudah jika dilakukan pemetaan terhadap pasien penderita penyakit ISPA berdasarkan wilayah, usia, jenis kelamin. Tujuan, menganalisis data kesehatan pasien ISPA rawat jalan untuk dasar sebagai pemetaan data demografi penyakit ISPA di Puskesmas Semin I tahun 2017. Jenis penelitian deskritif. Hasil, ISPA yang tinggi berada pada wilayah Desa Semin yang ditandai dengan warna merah dengan jumlah 1.179, tingkat rendah di tandai dengan warna hijau terdapat pada desa Kalitekuk, Kemejing, Pundungsari, Bulurejo dan Bendung. Dari enam desa di Kecamatan Semin sebagai wilayah kerja Puskesmas Semin I jumlah pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dimana usia 46-55 tahun lebih banyak dari pada kelompok usia di bawah atau di atas umur 46-55 tahun. Dengan demikian 6 desa di Kecamatan Semin yang menjadi pasien ISPA paling banyak di umur 46-55 tahun. Kesimpulan, pengumpulan data kesehatan ISPA kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas Semin I Gunungkidul dilakukan secara semi komputerisasi. Pasien tertinggi berasal dari Desa Semin dengan warna merah, diikuti dengan tingkat ISPA rendah di Kalitekuk, Kemejing, Pundungsari, Bendung dan Bulurejo dengan warna hijau. Laki-laki dengan warna biru tua dan perempuan dengan warna merah tua, untuk pasien perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Total pasien terbanyak pada kelompok umur 46-55 tahun, dimana di seluruh Kelularan/Desa dengan usia 46-55 tahun dengan total keseluruhan adalah 542 pasien.
TINJAUAN PENGELOLAAN BERKAS REKAM MEDIS DALAM PELAYANAN HOME CARE DI KLINIK PRATAMA RAWAT JALAN AS-WAJA Andrias Feri Sumadi; Hendra Rohman; Ibnu Mardiyoko; Erlina Meidyawati
Jurnal Admmirasi Vol 6 No 2 (2021): December
Publisher : Assosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47638/admmirasi.v6i2.213

Abstract

Pelayanan home care dilakukan pencatatan pada lembar khusus oleh tenaga kesehatan. Lembar khusus tersebut bukan berkas rekam medis dan tidak dilindungi oleh map rekam medis. Hal ini menyebabkan lembar khusus pencatatan home care tidak terjaga keamanannya, sangat beresiko terhadap kerusakan dan kehilangan, serta sangat mudah diakses oleh orang lain yang tidak berhak atas informasi maupun data pasien. Jenis penelitian deskriptif. Sampel subyek adalah dua orang bidan dengan teknik total sampling, sampel objek adalah lembar khusus pencatatan pelayanan home care. Pencatatan lembar khusus home care dilakukan setelah petugas melakukan pelayanan di masing-masing rumah pasien. Pencatatan tersebut dilakukan untuk melaporkan setiap hasil pemeriksaan dan pengobatan. Petugas melakukan penyalinan hasil pemeriksaan dan pengobatan ke dalam berkas rekam medis pasien dengan baik dan benar. Namun penyimpanan lembar khusus tersebut bukan di dalam berkas rekam medis sehingga beresiko terjadinya kehilangan serta resiko keamanan dan kerahasiaannya tidak terjaga. Berkas rekam medis bersifat rahasia, sehingga diperlukan adanya map rekam medis untuk menjamin keamanan dan kerahasiaannya. Selain itu adanya map berkas rekam medis dapat meminimalisir bahaya pencurian dan penyalahgunaan data pasien oleh pihak yang tidak berwenang.